Dalam dunia minuman, air mineral biasanya dianggap sebagai pilihan netral—tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Namun, di tengah tren konsumen yang kian eksploratif dan terbuka terhadap pengalaman sensorik baru, muncul sebuah fenomena yang tak terduga namun menggoda: air mineral rasa tanah.
Eits, jangan buru-buru jijik dulu. Ini bukan tentang air keruh dari sawah atau kubangan. Yang dimaksud di sini adalah nuansa rasa alami yang muncul dari kandungan mineral dan karakteristik geologis tanah vulkanik, terutama dari sumur dalam di daerah pegunungan aktif. Sensasi ini bahkan telah menarik perhatian para ahli kuliner, sommelier air, dan pecinta wellness yang mencari sesuatu yang lebih “terhubung ke alam”.
Mari kita gali lebih dalam — pun intended — bagaimana air mineral rasa tanah ini bukan hanya tren aneh, tapi juga inovasi sensorik baru yang penuh potensi.
Dari Perut Bumi: Asal-Usul Rasa Tanah di Air Mineral
Air yang bersumber dari sumur vulkanik dalam mengalami perjalanan panjang melewati berbagai lapisan batuan dan tanah, mulai dari basalt, tufa, hingga pasir vulkanik. Selama proses ini, air mengambil berbagai jejak mineral alami yang memengaruhi rasa dan aroma akhir.
Mineral utama yang berperan:
-
Silika – memberikan kelembutan di mulut
-
Magnesium – menghadirkan rasa “tanin” mirip teh
-
Kalsium – menambah kesan segar dan sedikit berkapur
-
Besi – memberi nuansa “berani”, agak berbau tanah basah
-
Sulfat & bikarbonat – berkontribusi pada aroma khas bumi setelah hujan
Dengan komposisi seperti itu, hasil akhirnya bukan sekadar air. Terdapat “karakter rasa” yang membuatnya mirip wine—dengan “terroir” atau karakteristik geografis yang khas.
Seperti Bau Tanah Basah Setelah Hujan — Tapi Bisa Diminum
Dalam dunia sensorik, istilah “petrichor” digunakan untuk menyebut aroma khas yang muncul ketika hujan pertama kali menyentuh tanah kering. Rasa dan aroma ini kini menjadi inspirasi banyak parfum dan teh herbal.
Nah, air mineral vulkanik rasa tanah membawa sensasi mirip petrichor ke dalam minuman. Beberapa penikmat menggambarkannya sebagai:
“Segar tapi mendalam, seperti mencium tanah hutan saat sunrise.”
“Punya rasa akhir seperti meminum udara pegunungan.”
“Berkarakter, tidak hambar, dan cocok diminum tanpa dicampur.”
Studi Sensorik: Apa Kata Ahli?
Menurut studi yang dilakukan oleh Pusat Sensorik Universitas Kyoto (2023), air dari sumber vulkanik aktif di Jepang, Indonesia, dan Islandia memiliki profil rasa yang lebih kompleks dibanding air dari pegunungan biasa.
Hasil uji panel sensorik menunjukkan:
-
78% responden dapat membedakan air vulkanik dari air biasa
-
63% menyukai rasa “earthy” yang ringan
-
29% menyatakan ingin mengonsumsi rutin karena sensasi “konektivitas ke alam”
“Air ini seperti mediasi cair. Rasanya membuat saya merasa lebih membumi.” – Junko Matsuda, sommelier air Jepang
️ Indonesia Punya Potensi Besar: Sumur Vulkanik di Kaki Gunung
Indonesia, sebagai negara dengan 127 gunung berapi aktif, menjadi surga tersembunyi untuk air mineral unik ini. Beberapa titik yang kini mulai dilirik untuk eksplorasi komersial antara lain:
-
Gunung Slamet (Jawa Tengah) – airnya ringan dengan sentuhan rasa logam alami
-
Gunung Rinjani (NTB) – nuansa tanah basah dengan aftertaste manis mineral
-
Gunung Talang (Sumbar) – aroma belerang tipis tapi menyegarkan
Beberapa startup minuman lokal bahkan sudah mulai menyuplai air dari sumber ini ke restoran fine dining dan hotel-hotel wellness.
️ Dipasangkan dengan Makanan? Kenapa Tidak!
Seperti wine, air mineral rasa tanah ini mulai di-pairing-kan dengan makanan tertentu:
Cocok dengan steak daging asap (memperkuat umami)
Cocok dengan risotto jamur (memunculkan rasa “lembab” alami)
Cocok dengan dark chocolate (kontras rasa pahit-manis dan mineral)
Restoran-restoran eksperimental di Bali, Bandung, dan Jakarta sudah mulai mengadopsi air mineral ini sebagai bagian dari pengalaman kuliner multisensorik.
Apakah Aman Diminum?
Tentu saja. Meski punya rasa unik, air mineral ini telah melalui:
✔️ Uji mikrobiologi
✔️ Sertifikasi bebas kontaminasi logam berat
✔️ Pengolahan tanpa penghilangan mineral
Karena sumbernya alami dan tidak disaring hingga netral, justru banyak nutrisi mikro yang masih tersimpan — dan ini yang membuatnya lebih “hidup” daripada air biasa.
Apa Kata Pasar?
Meski tergolong niche, pasar air mineral premium global berkembang pesat. Di Eropa, aqua terroir jadi komoditas prestise. Di Indonesia, tren ini sedang merayap pelan:
Digemari komunitas wellness & yoga
Dipakai sebagai “elemental grounding” untuk terapi sensorik
Diincar chef dan barista kreatif untuk menu eksperimen
Kesimpulan: Rasa yang Membawa Pulang ke Alam
Air mineral rasa tanah bukan gimmick atau tren sesaat. Ia adalah refleksi dari bagaimana manusia modern mencari kembali koneksi dengan bumi, bahkan lewat hal paling sederhana: air.
Ini bukan sekadar minum untuk menghilangkan haus, tapi pengalaman untuk dirasakan. Seteguk air yang membawa kita ke hutan, ke pegunungan, ke keheningan alam — tanpa perlu meninggalkan meja makan.
#AirMineralRasaTanah #SumurVulkanikDalam #SensasiAlami #MinumanSensorik
BACA JUGA: Air Rasa: Tren Baru di Dunia Minuman yang Mengubah Persepsi tentang ‘Segelas Air’